Rabu, 05 Januari 2011

Asuhan Keperawatan Anak dengan Kwasiorkor

TINJAUAN MEDIS

1.      Definisi

KKP ( Kurang Kalori Protein) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. KKP disebabkan karena defisiensi macro nutrient (zat gizi makro). Meskipun sekarang ini terjadi pergeseran masalah gizi dari defisiensi macro nutrient kepada defisiensi micro nutrient, namun beberapa daerah di Indonesia prevalensi KEP masih tinggi (> 30%) sehingga memerlukan penanganan intensif dalam upaya penurunan prevalensi KKP.

Terdapat tiga jenis KKP, yaitu:
1.       KKP Kering : jika seseorang tampak kurus dan mengalami dehidrasi
2.       KKP Basah : jika seseorang tampak membengkak karena tertahannya cairan
3.       KKP Menengah : jika seseorang berada dalam kondisi diantara KKP kering dan KKP basah.

KKP kering disebut marasmus, merupakan akibat dari kelaparan yang hampir menyeluruh. Seorang anak yang mengalami marasmus, mendapatkan sangat sedikit makanan, sering disebabkan karena ibu tidak dapat memberikan ASI. Badannya sangat kurus akibat hilangnya otot dan lemak tubuh. Hampir selalu disertai terjadinya infeksi. Jika anak mengalami cedera atau infeksi yang meluas, prognosanya buruk dan bisa berakibat fatal.

KKP basah disebut kwashiorkor, yang dalam bahasa Afrika berarti 'anak pertama-anak kedua. Istilah tersebut berdasarkan pengamatan bahwa anak pertama menderita kwashiorkor ketika anak kedua lahir dan menggeser anak pertama dari pemberian ASI ibunya. Anak pertama yang telah disapih tersebut mendapatkan makanan yang jumlah zat gizinya lebih sedikit bila dibandingkan dengan ASI, sehingga tidak tumbuh dan berkembang.

KKP menengah disebut marasmik-kwashiorkor. Anak-anak yang menderita KKP ini menahan beberapa cairan dan memiliki lebih banyak lemak tubuh dibandingkan dengan penderita marasmus. (http://www.indonesiaindonesia.com/f/11160-malnutrisi/)

Kwashiorkor atau biasa lebih dikenal “busung lapar", pertama kali diperkenalkan oleh Dr Cecile Williams pada tahun 1933 sewaktu ia berada di Gold Coast, Afrika. Saat itu, Dr Cecile Williams banyak menemui anak-anak mengalami gejala busung lapar atau kwashiorkor. Istilah kwashiorkor itu sendiri berasal dari bahasa setempat yang berarti “penyakit anak pertama yang timbul begitu anak kedua muncul". Makna dari kata-kata ini intinya adalah menggambarkan suatu penyakit yang timbul pada anak pertama akibat anak tersebut tertelantarkan oleh orangtua akibat adanya adik yang baru lahir. Kwashiorkor lebih jarang ditemukan dan biasanya terjadi dalam bentuk marasmik-kwashiorkor. Kwashiorkor cenderung terjadi di negara-negara dimana serat dan makanan digunakan untuk menyapih bayi (misalnya umbi jalar, singkong, beras, kentang dan pisang), yang sedikit mengandung protein dan sangat banyak mengandung zat tepung; yaitu di pedesaan Afrika, Karibia, kepulauan Pasifik dan Asia Tenggara. (http://www.dinkesjatim.go.id/berita-detail.html?news_id=112)

Kwashiorkor adalah salah satu bentuk dari gangguan gizi yang dikenal sebagai Kurang Energi dan Protein (KKP) , ada juga yang mendefinisikan bahwa kwashiorkor adalah suatu sindrom yang diakibatkan defisiensi protein yang berat. Defisiensi ini sangat parah, meskipun konsumsi energi atau kalori tubuh mencukupi kebutuhan..

2.      Etiologi

Kekurangan gizi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekurangan zat-zat gizi ensensial, yang bisa disebabkan oleh: Asupan yang kurang karena makanan yang jelek atau penyerapan yang buruk dari usus (malabsorbsi); Penggunaan berlebihan dari zat-zat gizi oleh tubuh; Kehilangan zat-zat gizi yang abnormal melalui diare, pendarahan, gagal ginjal atau keringat yang berlebihan.

Adapun yang menjadi penyebab langsung terjadinya KKP adalah konsumsi yang kurang dalam jangka waktu yang lama. Pada orang dewasa, KKP timbul pada anggota keluarga rumahtangga miskin olek karena kelaparan akibat gagal panen atau hilangnya mata pencaharian. Bentuk berat dari KKP di beberapa daerah di Jawa pernah dikenal sebagai penyakit busung lapar atau HO (Honger Oedeem).

Kwashiorkor terjadi karena adanya defisiensi protein pada anak karena kandungan karbohidrat makanan tersebut tinggi, tapi mutu dan kandungan proteinnya sangat rendah.

Biasanya, kwashiorkor ini lebih banyak menyerang bayi dan balita pada usia enam bulan sampai tiga tahun. Usia paling rawan terkena defisiensi ini adalah dua tahun. Pada usia itu berlangsung masa peralihan dari ASI ke pengganti ASI atau makanan sapihan.

Kwashiorkor cenderung terjadi di negara-negara dimana serat dan makanan digunakan untuk menyapih bayi (misalnya umbi jalar, singkong, beras, kentang dan pisang), yang sedikit mengandung protein dan sangat banyak mengandung zat tepung; yaitu di pedesaan Afrika, Karibia, kepulauan Pasifik dan Asia Tenggara.

Orang-orang yang memiliki resiko mengalami kekurangan gizi:
  1. Bayi dan anak kecil yang nafsu makannya jelek
  2. Remaja dalam masa pertumbuhan yang pesat
  3. Wanita hamil dan wanita menyusui
  4.  Orang tua
  5. Penderita penyakit menahun pada saluran pencernaan, hati atau ginjal, terutama jika terjadi penurunan berat badan sampai 10-15%
  6. Orang yang menjalani diet untuk jangka panjang
  7.  Vegetarian
  8. Penderita ketergantungan obat atau alkohol yang tidak cukup makan
  9. Penderita AIDS
  10. Pemakaian obat yang mempengaruhi nafsu makan, penyerapan atau pengeluaran zat gizi
  11. Penderita anoreksia nervosa
  12. Penderita demam lama, hipertiroid, luka bakar atau kanker.

3.      Patofisiologi

Penderita kwashiorkor itu mengalami kekurangan protein, namun dalam batas tertentu ia masih menerima “zat gizi sumber energi” (sumber kalori) seperti nasi, jagung, singkong, dan lain-lain. walau asupan protein sangat kurang, tetapi si anak masih menerima asupan hidrat arang / karbohidrat (misalnya nasi ataupun sumber energi lainnya), maka yang terjadi adalah gejala kwashiorkor.

Protein adalah sesuatu yang vital dalam kehidupan manusia begitu banyak peran protein bagi tubuh. Protein berperan untuk pertumbuhan, pemeliharaan jaringan tubuh, mengganti dan memperbaiki sel yang rusak, mengatur keseimbangan asam basa, membentuk hormon dan enzim yang diperlukan dalam berbagai proses kimia tubuh.

Selain itu protein juga sebagai sumber energi cadangan jika kebutuhan karbohidrat atau lemak tubuh tidak tercukupi. Kelebihan atau kekurangan protein tidak baik untuk kesehatan. Kelebihan protein dapat mengganggu metabolisme protein yang berada di hati. Ginjal akan terganggu karena harus membuang hasil metabolisme protein yang berlebihan dan tidak terpakai oleh tubuh. Kekurangan protein juga akan membuat tubuh mudah lelah. Tekanan darah dan daya tahan terhadap infeksi pun dapat menurun. Pada anak-anak, selain mudah terserang penyakit kwashiorkor atau busung lapar, juga pertumbuhan dan tingkat kecerdasannya akan terganggu.

Tubuh menyerap protein dan makanan yang mengandung protein dalam bentuk asam amino. Asam amino harus diperoleh dari makanan sebab tubuh tidak bisa membuat asam amino. Berbagai jenis asam amino adalah isoleusin, leusin, lisin, methionin, femialanin, threonin, triptofan, dan valin.
Patofisiologi KKP adalah manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi, dalam makanan sehari-hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG), dan biasanya juga diserta adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya. Disebut malnutrisi primer bila kejadian KKP akibat kekurangan asupan nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi, pendidikan serta rendahnya pengetahuan dibidang gizi. Malnutrisi sekunder bila kondisi masalah nutrisi seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit utama, seperti kelainan bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan dan metabolik, yang mengakibatkan kebutuhan nutrisi meningkat, penyerapan nutrisi yang turun dan/meningkatnya kehilangan nutrisi. Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein dengan melalui proses katabolik. Kalau terjadi stres katabolik (infeksi) maka kebutuhan akan protein akan meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein yang relatif, kalau kondisi ini terjadi pada saat status gizi masih diatas -3 SD (-2SD–3SD), maka terjadilah kwashiorkor (malnutrisi akut/”decompensated malnutrition”). Pada kondisi ini penting peranan radikal bebas dan anti oksidan. Bila stres katabolik ini terjadi pada saat status gizi dibawah -3 SD, maka akan terjadilah marasmik-kwashiorkor. Kalau kondisi kekurangan ini terus dapat teradaptasi sampai dibawah -3 SD maka akan terjadilah marasmik (malnutrisikronik/compensated malnutrition). Dengan demikian pada KEP dapat terjadi : gangguan pertumbuhan, atrofi otot, penurunan kadar albumin serum, penurunan hemoglobin, penurunan sistem kekebalan tubuh, penurunan berbagai sintesa enzim.
Anak dengan kwashiorkor akan mengalami edema (penumpukkan cairan di jaringan bawah kulit; umumnya di ujung-ujung tungkai bawah) dan adanya akumulasi cairan di rongga usus. Bagian tubuh yang menderita edema akan menjadi bengkak, bagian tersebut bila dipencet memberikan suatu cekungan . Terjadi pula penimbunan cairan di rongga perut yang menyebabkan perut si anak menjadi busung (oleh karenanya disebut busung lapar). Terjadinya edema, biasanya diawali akibat turunnya kadar albumin serum. Ini mengakibatkan turunnya tekanan osmotik daerah. Cairan daerah akan menerobos pembuluh darah dan masuk ke dalam cairan tubuh.
Anak-anak yang mengalami hal ini biasanya kehilangan nafsu makan, rewel, diare, dan sikap apatis. Biasanya pula, mereka menderita infeksi lambung dan perubahan psikomotor. Wajahnya bengkak. Pada orang dewasa, keadaan ini bisa terjadi, dan yang terparah adalah busung lapar. Kwashiorkor dianggap ada hubungannya dengan marasmus marasmick. Ini adalah satu kondisi terjadinya defisiensi, baik kalori, maupun protein. Cirinya adalah dengan penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya lemak subkutan, dan juga ditambah dehidrasi. Apabila keadaan menjadi lebih berat, kulit menjadi kusam dan mudah terkelupas, rambut menjadi merah kusam dan mudah dicabut, anak menjadi lebih sering menderita bermacam penyakit dan lain-lain.

4.      Tanda dan Gejala

Gejala Klinis Balita Penderita Kwashiorkor:
1.      Edema, umunya seluruh tubuh terutama pada punggung kaki (dorsum pedis)
2.      Wajah membulat dan sembab
3.      Pandangan mata sayu
4.      Rambut tipis. Kemerahan seperti warna jagung, mudah di cabut tanpa rasa sakit, rontok
5.      Perubahan status mental, apatis, rewel
6.      Pembesaran Hati
7.      Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata diperiksa pada posisi berdiri atau duduk
8.      Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)
9.      Sering disertai: penyakit infeksi, umumnya akut; anemia; dan diare

5.      Pengobatan dan Penatalaksanaan

Dalam mengatasi kwashiorkor ini secara klinis adalah dengan memberikan makanan bergizi secara bertahap. Bila bayi menderita kwashiorkor, maka bayi tersebut diberi susu yang diencerkan. Secara bertahap keenceran susu dikurangi, sehingga suatu saat mencapai konsistensi yang normal seperti susu biasa kembali.
Kalau anak sudah agak besar, bisa mulai dengan makanan encer, kemudian makanan lunak (bubur) dan bila keadaan membaik, maka baru diberikan makanan padat biasa. Dalam melaksanakan hal di atas ini, selalu diberikan pengobatan sesuai dengan penyakit yang diderita. Bila keadaan kesehatan dan gizi sudah mencapai normal, perlu diteruskan dengan imunisasi.

lmumsasi pada bayi atau anak dengan keadaan kurang gizi berat (seperti kwashiorkor) tidak akan memberi hasil yang positif. Status gizi (khususnya status protein) sangat mempengaruhi keberhasilan imunisasi. Kesemua ini tentunya harus bersamaan dengan dilakukannya penyuluhan/pendidikan masyarakat, upaya pengentasan kemiskinan, serta upaya lainnya yang dapat meningkatkan keberdayaan masyarakat.

Agar tubuh dapat terpenuhi kebutuhan protein yang lengkap maka mengkonsumsi sumber protein harus dikombinasikan antara sumber protein hewani dan sumber protein nabati sehingga saling melengkapi jumlah protein yang harus dikonsumsi seseorang setiap hari tergantung dari umur seseorang, berat badan, jenis kelamin, mutu protein yang dikonsumsi, serta keadaan tertentu, misalnya sedang sakit atau baru sembuh dari sakit, yang mengharuskan orang untuk mengkonsumsi protein dalam jumlah yang lebih besar. Umumnya tingkat kebutuhan protein dalam keadaan sehat normal orang membutuhkan sekitar 40-60 gram protein tiap hari. Ada pula yang menyebut 1 gram per kilogram berat badan perhari. Namun, harus tetap dicatat bahwa mengkombinasikan beragam sumber protein baik nabati maupun hewani dapat memberi hasil yang maksimal bagi kesehatan.
Tata laksana diet pada balita KKP berat/gizi buruk ditujukan untuk memberikan makanan tinggi energi, tinggi protein, dan cukup vitamin mineral secara bertahap, guna mencapai status gizi optimal.  Ada 4 (empat) kegiatan penting dalam tata laksana diet, yaitu : pemberian diet, pemantauan, dan evaluasi, penyuluhan gizi, serta tindak lanjut.

  1. Pemberian diet balita KKP berat/gizi buruk harus memenuhi syarat sebagai berikut :
    1. Melalui 3 fase yaitu : fase stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi
    2. Kebutuhan energi mulai 100-200 kal/Kgbb/hari
    3. Kebutuhan protein mulai 1-6 g/Kgbb/hari
    4. Pemberian suplementasi vitamin dan mineral khusus, bila tidak tersedia diberikan bahan makanan sumber mineral tertentu.
    5. Jumlah cairan 130-200 ml/kgbb/hari, bila ada edema dikurangi menjadi 100 ml/Kg bb/hari
    6. Jumlah pemberian peroral atau lewat pipa nasogastrik
    7. Porsi makanan kecil dan frekwensi makan sering
    8. Makanan fase stabilisasi harus hipoosmolar, rendah laktosa, dan rendah serat
    9. Terus memberikan ASI
    10. Makanan padat diberikan pada fase rehabilitasi dan berdasarkan berat badan, yaitu : bb < 7 kg diberikan kembali makanan bayi dan bb > 7 Kg dapat langsung diberikan makanan anak secara bertahap.
  1. Evaluasi dan Pemantauan Pemberian Diet:
  1. Timbang berat badan sekali seminggu, bila tidak naik, kaji penyebabnya (asupan gizi tidak adequat, defisiensi zat gizi, infeksi, masalah psikologis).
  2. Bila asupan zat gizi kurang, modifikasi diet sesuai selera.
  3. Bila ada gangguan saluran cerna (diare, kembung,muntah) menunjukkan bahwa formula tidak sesuai dengan kondisi anak, maka gunakan formula rendah atau bebas lactosa dan hipoosmolar, misal: susu rendah laktosa, formula tempe yang ditambah tepung-tepungan.
  4. Kejadian hipoglikemia : beri minum air gula atau makan setiap 2 jam
Status gizi seseorang dapat ditentukan melalui beberapa cara, yaitu:
a.       Laboratorik : terutama Hb, albumin, serum ferritin
b.      Anthropometrik : BB/U (berat badan menurut umur), TB/U (tinggi badan menurut umur), LLA/U (lingkar lengan atas menurut umur), BB/TB (berat badan menurut tinggi badan). Indeks massa tubuh antara 20-50 dianggap normal untuk pria dan wanita.
c.       LLA/TB (lingkar lengan atas menurut tinggi badan), Mengukur ketebalan lipatan kulit.
d.      Lipatan kulit di lengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dengan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh.untuk memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh
e.       Foto rontgen dapat membantu menentukan densitas tulang dan keadaan dari jantung dan paru-paru, juga bisa menemukan kelainan saluran pencernaan yang disebabkan oleh malnutrisi.

6.      Komplikasi
Anak-anak yang mengalami kurang energi dan protein itu, akan mudah terserang infeksi seperti diare, ISPA (infeksi saluran pernapasan atas), TBC, polio, dan lain-lain.
Kwashiorkor yang tidak cepat di atasi akan mengakibatkan marasmus bahkan marasmus-kwashiorkor. Apabila baik zat pembentuk tubuh (protein) maupun zat gizi sumber energi kedua-duanya kurang, maka gejala yang terjadi adalah timbulnya penyakit KKP lain yang disebut marasmus. Istilah Marasmus berasal dari bahasa Yunani, yang berarti kurus-kering. Sebaliknya, walau asupan protein sangat kurang, tetapi si anak masih menerima asupan hidrat arang / karbohidrat (misalnya nasi ataupun sumber energi lainnya), maka yang terjadi adalah gejala kwashiorkor. Gejala marasmus adalah seperti gejala kurang gizi pada umumnya (seperti lemah lesu, apatis, cengeng, dan lain-lain), tetapi karena semua zat gizi dalam keadaan kekurangan, maka anak tersebut menjadi kurus-kering. Kwashiorkor dianggap ada hubungannya dengan marasmus marasmick. Ini adalah satu kondisi terjadinya defisiensi, baik kalori, maupun protein. Cirinya adalah dengan penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya lemak subkutan, dan juga ditambah dehidrasi.

7.      Prognosis

Lebih dari 40% anak-anak yang menderita KKP meninggal.
Kematian yang terjadi pada hari pertama pengobatan biasanya disebabkan oleh:
  1. gangguan elektrolit
  2.  infeksi
  3. hipotermia (suhu tubuh yang sangat rendah)
  4. kegagalan jantung.

Keadaan setengah sadar (stupor), jaundice (sakit kuning), pendarahan kulit, rendahnya kadar natrium darah dan diare yang menetap merupakan pertanda buruk.
Pertanda yang baik adalah hilangnya apati, edema dan bertambahnya nafsu makan. Penyembuhan pada kwashiorkor berlangsung lebih cepat.

Efek jangka panjang dari malnutrisi pada masa kanak-kanak tidak diketahui.
Jika anak-anak diobati dengan tepat, sistem kekebalan dan hati akan sembuh sempurna. Tetapi pada beberapa anak, penyerapan zat gizi di usus tetap mengalami gangguan.

Beratnya gangguan mental yang dialami berhubungan dengan lamanya anak menderita malnutrisi, beratnya malnutrisi dan usia anak pada saat menderita malnutrisi. Keterbelakangan mental yang bersifat ringan bisa menetap sampai anak mencapai usia sekolah dan mungkin lebih.

PATOFISIOLOGI





















Download


0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons